fahmy farid p.

To make us love our contry,our country ought to be lovely
-Edmund Bruke, Reflections on The French Revolution-

Some when Gus Dur met to Castro and give him a jok, "indonesia so far at this time had four president":

one was crazy about ladies

the second, crazy about fortune

the third, totally crazy

the fourth, myself, was making other people crazy

and he said that mybe he will be in the third or fourth category

I was very suprised and said "why?"

"because I give seven hours speech

so that means I`m either crazy or

making other people crazy."

you can see a different interpretation of craziness.

Kira-kira sosok seperti apa yah pemimpin kita nanti...?. apa termasuk ashabu al_junuun ga ya?


Revolusi Prancis yang terjadi antara tahun 1789 sampai 1799 telah mengubah wajah negaranya, dimana Gereja Katolik Roma dipaksa untuk menjalani restrukturisasi yang radikal dalam ketatanegaraannya. Revolusi ini dengan jelas telah mengubur rezim lama. Revolusi ini menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Perancis.

Diantara faktor yang menyebabkan terjadinya revolusi besar-besaran ini adalah kekecewaan terhadap sikap yang ditunjukan orde lama yang terlalu kaku dalam menyikapi perubahan yang diiringi oleh bangkitnya gagasan-gagasan "pencerahan". disamping itu, adanya berbenturan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok kaum borjuis, kaum petani, para buruh dan individu dari semua kelas yang semula bersekutu kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah. Saat itu merupakan saat dimana Prancis mengalami masa-masa paling 'hitam_kelam' yang tercatat dalam sejarah, dimana negara yang masih menggunakan sistem monarki mempunyai sistem ekonomi yang buruk sehingga utang nasional menjadi tidak terkendali. disamping itu, kerajaan memberikan hak-hak istimewa terhadap kaum bangsawan juga dominasi kelas profesional dalam kehidupan yang membuat geram kaum buruh dan petani disana. hal ini mendorong terjadinya revolusi prancis dengan semboyannya "Liberte, Egalite, Fraternite" atau Kebebasan, Persamaan, Persaudaraan. bisa kita lihat secara kasat mata, Prancis menjadi negara yang paling toleran terhadap segala bentuk perbedaan, sehingga menjadi negara dengan perkembangan yang cepat.

Filipina juga mempunyai catatan sejarah yang akan diingat, dimana sebuah demonstrasi massal 'tanpa kekerasan' yang terjadi pada tahun 1986. Aksi damai selama empat hari yang dikenal sebagai aksi 'People Power' dilakukan oleh jutaan rakyat Filipina di Metro Manila mengakhiri rezim otoriter presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan corazon Aquino sebagai presiden. Revolusi ini dilatarbelakangi oleh pembunuhan senator Benigno aquIno, jr. (yang dikenal sebagai "Ninoy") pada 21 Agustus 1983 di Manila International Airport (sekarang dikenal sebagai Ninoy Aquino International Airport) setelah kembali dari pengasingan selama tiga tahun di amerika serikat yang menyulut kemarahan rakyat yang notabene sebagian besarnya sudah kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Marcos.

bagaimana dengan Indonesia?.

Sebuah negara yang ironis sekaligus menyedihkan. negara yang terus saja berkutat di 'gerbang kemerdekaan'. Indonesia telah memiliki Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, namun tetap saja masih belum membumi. Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 belum cukup untuk mengubah wajah negara ini.

Memang butuh proses yang cukup panjang dan pastinya melelahkan untuk menjadikannya sebagai negara yang maju. Dibutuhkan pemimpin yang mampu membumikan falsafah dan ideologi Pancasila dengan semangat yang diusung dalam UUD 45.

ليس العاقل الذي يدفع بين الخير والشر, فيختار الخير, ولكن العاقل الذي يدفع بين الشرّين فيختار أيسرهما

_الشافعي_

Kini, Indonesia sudah mempunyai tiga pasang capres-cawapres dimana mereka akan bertarung pada pemilu presiden juli mendatang. Walaupun pemilihan anggota legislatif yang cukup carut-marut menjadi catatan yang menyedihkan, tapi Indonesia membutuhkan sebuah perubahan dalam tatanan kehidupan bernegara -bukan hanya sekedar republik mimpi belaka-. sebagaimana petuah yang diungkapkan Imam asy-Syafi`i bahwa "bukanlah termasok golongan orang-orang yang berakal (bijak-red) seseorang yang dihadapkan pada situasi antara baik dan buruk, kemudian memilih yang baik. akan tetapi orang yang berakal adalah orang yang dihadapkan pada dua sisi buruk kemudian memilih yang paling ringan konsekuansinya". Maka pilihan bijak akan menentukan kemana Indonesia akan berlari...ataukah golput akan menjadi pilihan yang cukup bijak...!

save our nation...!

Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment