Ah, jika saja Veronica tahu kalau kita ‘ada’, semua, berasal dari esensi yang sama, tentu tak akan searogan itu menyikapinya. Ataukah dia belum sadar kalau ini hanya tentang ‘waktu’ saja, dan dengan segala kebermungkinannya menjadikan kita yang beda. Penjajaran-penjajaran atas sesegala yang dia lakukan seolah hanya semakin menegaskan kepongahannya sebagai dia yang ada.
Ah, Veronica mungkin harus menanamkan kesadarannya terlebih dahulu bahwa butuh semacam kejernihan untuk sekedar menguraikan dia sebagai bagian tak terpisahkan dari yang ‘ada’. Ia perlu di tarik ke dalam dimensi yang tak terjamah waktu, butuh dunia yang tak terikat oleh akar keberadaannya. Dia harus menjerumuskan diri pada apa yang sering disebut dunia --kalau boleh disebut demikian- ontic. Baru setelah itu Veronica bisa memahami apa yang dinamakan beda, kebermacaman yang tak berbatas, lantas menguraikan diri dalam dimensi waktu.
Veronica, ontic, dunia ini memang sedikit rumit untuk sekedar diuraikan secara logika kebahasaan. Karena toh bahasa itu hanya sebatas perangkat intuk menunjukan kita saja, bukan kita sebagai yang ada? Mungkin memang sebaiknya kita rasakan saja. Tapi bukannya rasa juga terikat dengan arkeologi kesadaran yang diikat waktu itu sendiri?
Veronica, mungkin ontic lebih dari sekedar penjajaran entitas dengan menggunakan identifikasi ontologis. Ia bisa jadi being of beings, ia juga sering disebut Heidegger sebagai Dasein. Ah Veronica, mungkin sebaiknya kita mencari perangkat terlebih dahulu untuk sekedar mengakses dunia ontic, itu tanpa harus menjadi tergugat lagi. Atau jangan-jangan ia harus mengenalkan dirinya sendiri, tanpa harus kita paksa!
Veronica, aku tak ingin apa yang kita tahu, ‘pernah’ tahu, mengaburkan ontic itu. Memang selama ini kita berusaha, setidaknya, mengenal dunia tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan semenjak kita sadar diri. Tapi apa benar itu telah membawa kita pada sebuah pemaknaan yang ajeg , semerta memahami apa yang ada, yang beda, merupakan hasil penjajaran-penjajaran entitas yang dimunculkan dari dimensi ontic, atau dunia Dasein itu? Atau jangan-jangan hanya sebatas dogma yang menutupui asumsi-asumsi teoritis yang pernah ada? Ah Veronika, tak ada garansi dalam hal itu. Ontic itu mungkin malu untuk sekedar menunjukan bukti-bukti diri pada kita, terlebih mengenalkan dirinya sendiri.
Veronica, bagiamana jika kita biarkan ontic itu termanifestasikan sendrirnya saja, menunjukan keistimewaannya tanpa harus kita campuri dengan latar belakang habitatnya, mendudukannya dalam dimensi yang bebas waktu. Biarkan ia menjelma sebagai entitas yang penuh dengan kebermungkinan. Mungkin suatu saat ia mau berkenalan dengan kita, lantas kita tarik dia ke dalam dunia kita, our ordinary days, dan akhirnya ontic muncul dalam bentuk yang senantiasa tak terduga.
Selamat berimajinasi sayang!
Post a Comment